Slide

Kata Kata Soe Hok Gie




  • Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.
  • Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.
  • Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.
  • Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.
  • Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.
  • Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi "manusia-manusia yang biasa". Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.
  • Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.
  • Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
  • Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir?
  • Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis…
  • Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.
  • Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.
  • Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia.
  • To be a human is to be destroyed.
  • Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin.
  • Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.
  • I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist.
  • Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.
  • Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.
  • Saya tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya.
  • Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.

Sabtu, 17 November 2012 by NabiL Nabiila
Leave a comment

Memori Soe Hok Gie


Apa hubungan antara Soe Hok Gie dan Puncak Mahameru?
Dan apa yang berkaitan antara keduanya?
Soe Hok Gie dan Mahameru adalah dua legenda Indonesia, sedangkan hubungan antara keduanya?
Soe Hok Gie wafat di Mahameru saat melakukan pendakian pada 18 Desember 1969 karena menghirup asap beracun gunung tersebut
Soe Hok Gie dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942. Dia adalah sosok aktifis yang sangat aktif pada masanya. Sebuah karya catatan hariannya yang berjudul Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran setebal 494 halaman oleh LP3ES diterbitkan pada tahun 1983. Soe Hok Gie tercatat sebagai mahasiswa Universitas Indonesia dan juga merupakan salah satu pendiri Mapala UI yang salah satu kegiatan terpenting dalam organisasi pecinta alam tersebut adalah mendaki gunung. Gie juga tercatat menjadi pemimpin Mapala UI untuk misi pendakian Gunung Slamet, 3.442mdpl.
Kemudian pada 16 Desember 1969, Gie bersama Mapala UI berencana melakukan misi pendakian ke Gunung Mahameru (Semeru) yang mempunyai ketinggian 3.676 mdpl. Banyak sekali rekan-rekannya yang menanyakan kenapa ingin melakukan misi tersebut. Gie pun menjelaskan kepada rekan-rekannya tesebut :
“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”
Sebelum berangkat, Gie sepertinya mempunyai firasat tentang dirinya dan karena itu dia menuliskan catatannya :
“Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat.”
Dari beberapa catatan kecil serta dokumentasi yang ada, termasuk buku harian Gie yang sudah diterbitkan, Catatan Seorang Demonstran (CSD) (LP3ES, 1983), berikut beberapa kisah yang mewarnai tragedi tersebut yang saya kutip dari Intisari :
Suasana sore hari bergerimis hujan dan kabut tebal, tanggal 16 Desember 1969 di G. Semeru. Seusai berdoa dan menyaksikan letupan Kawah Jonggringseloko di Puncak Mahameru (puncaknya G. Semeru) serta semburan uap hitam yang mengembus membentuk tiang awan, beberapa anggota tim terseok-seok gontai menuruni dataran terbuka penuh pasir bebatuan, mereka menutup hidung, mencegah bau belerang yang makin menusuk hidung dan paru-paru. Di depan kelihatan Gie sedang termenung dengan gaya khasnya, duduk dengan lutut kaki terlipat ke dada dan tangan menopang dagu, di tubir kecil sungai kering. Tides dan Wiwiek turun duluan.
Dengan tertawa kecil, Gie menitipkan batu dan daun cemara. Katanya, “Simpan dan berikan kepada kepada ‘kawan-kawan’ batu berasal dari tanah tertinggi di Jawa. Juga hadiahkan daun cemara dari puncak gunung tertinggi di Jawa ini pada cewek-cewek FSUI.” Begitu kira-kira kata-kata terakhirnya, sebelum turun ke perkemahan darurat dekat batas hutan pinus atau situs recopodo (arca purbakala kecil sekitar 400-an meter di bawah Puncak Mahameru).
Di perkemahan darurat yang cuma beratapkan dua lembar ponco (jas hujan tentara), bersama Tides, Wiwiek dan Maman, mereka menunggu datangnya Herman, Freddy, Gie, dan Idhan. Hari makin sore, hujan mulai tipis dan lamat-lamat kelihatan beberapa puncak gunung lainnya. Namun secara berkala, letupan di Jonggringseloko tetap terdengar jelas.
Menjelang senja, tiba-tiba batu kecil berguguran. Freddy muncul sambil memerosotkan tubuhnya yang jangkung. “Gie dan Idhan kecelakaan!” katanya. Tak jelas apakah waktu itu Freddy bilang soal terkena uap racun, atau patah tulang. Mulai panik, mereka berjalan tertatih-tatih ke arah puncak sambil meneriakkan nama Herman, Gie, dan Idhan berkali-kali.
Beberapa saat kemudian, Herman datang sambil mengempaskan diri ke tenda darurat. Dia melapor kepada Tides, kalau Gie dan Idhan sudah meninggal! Kami semua bingung, tak tahu harus berbuat apa, kecuali berharap semoga laporan Herman itu ngaco. Tides sebagai anggota tertua, segera mengatur rencana penyelamatan.
Menjelang maghrib, Tides bersama Wiwiek segera turun gunung, menuju perkemahan pusat di tepian (danau) Ranu Pane, setelah membekali diri dengan dua bungkus mi kering, dua kerat coklat, sepotong kue kacang hijau, dan satu wadah air minum. Tides meminta beberapa rekannya untuk menjaga kesehatan Maman yang masih shock, karena tergelincir dan jatuh berguling ke jurang kecil.
“Cek lagi keadaan Gie dan Idhan yang sebenarnya,” begitu ucap Tides sambil pamit di sore hari yang mulai gelap. Selanjutnya, mereka berempat tidur sekenanya, sambil menahan rembesan udara berhawa dingin, serta tamparan angin yang nyaris membekukan sendi tulang.
Baru keesokan paginya, 17 Desember 1969, mereka yakin kalau Gie dan Idhan sungguh sudah tiada, di tanah tertinggi di Pulau Jawa. Mereka jumpai jasad keduanya sudah kaku. Semalam suntuk mereka lelap berkasur pasir dan batu kecil G. Semeru. Badannya yang dingin, sudah semalaman rebah berselimut kabut malam dan halimun pagi. Mata Gie dan Idhan terkatup kencang serapat katupan bibir birunya. Mereka semua diam dan sedih.

by NabiL Nabiila
Leave a comment

Nenek Moyang Manusia Datang dari Asia

enek moyang monyet, kera, dan manusia kemungkinan berasal dari Asia, bukan dari Afrika seperti yang selama ini diyakini oleh sejumlah ilmuwan. Teori baru ini didukung oleh fosil yang baru ditemukan di Asia Tenggara.

Asal-usul antropoid, kelompok simian atau "primata tingkat tinggi," yang beranggotakan monyet, kera, dan manusia selama ini masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan. Meski fosil yang digali di Mesir menunjukkan bahwa Afrika adalah tanah kelahiran antropoid, tulang elulang lain yang ditemukan dalam 15 tahun terakhir menguak kemungkinan bahwa Asia adalah tempat kelahiran mereka.

Teori ini menggeser teori sebelumnya yang menyatakan nenek moyang manusia berasal dari Afrika. Teori baru ini diungkapkan oleh tim ahli palaeontologi, setelah mereka menemukan fosil gigi Afrasia djijidae di Myanmar.

Bentuk fosil gigi antropoid ini mirip fosil Afrotarsius libycus, yang ditemukan di Libya, sehingga menjadi penghubung rantai evolusi yang hilang antara Afrika dan Asia. Bentuk gigi kedua spesies ini menunjukkan bahwa mereka adalah pemakan serangga.

Kemiripan antara Afrasia dan Afrotarsius melahirkan gagasan bahwa antropoid bermigrasi dari Asia dan membuat kolonisasi di Afrika.  

"Afrasia tidak hanya membantu menutup kasus tentang evolusi pertama antropoid di Asia, tapi juga mengatakan kepada kita bahwa nenek moyang pertama manusia justru berjalan ke Afrika," kata Chris Beard, paleontolog, di Carnegie Museum of Natural History, Amerika Serikat.

Namun jangan dibayangkan bentuk leluhur manusia ini seperti hominid pada umumnya. Karena memang tidak demikian. Berdasarkan ukuran fosil gigi yang ditemukan, kedua spesies leluhur manusia itu diperkirakan berukuran 3,5 ons, kira-kira bentuknya seperti tarsius modern.

Tim peneliti menemukan empat fosil gigi yang sama setelah enam tahun melakukan penggalian dan pemilahan berton-ton sedimen di daerah dekat Nyaungpinle di pusat Myanmar. Temuan tim yang melibatkan ilmuwan dari University of Poitiers, Prancis, ini sempat membelah pakar paleontologi di seluruh dunia, khususnya kapan dan bagaimana antropoid Asia awal membuat jalan dari Asia ke Afrika.

Maklum saja, karena perjalanan ke Afrika pada saat itu tidaklah mudah. Sebab, ada sebuah laut yang lebih luas dibanding Laut Mediterania modern—disebut Laut Tethys—memisahkan Asia dan Afrika. Sementara penemuan fosil Afrasia tidak banyak membantu mereka memecahkan misteri rute awal antropoid menuju benua Hitam. "Hal ini menunjukkan kolonisasi terjadi relatif baru, hanya sesaat sebelum fosil manusia purba pertama ditemukan dalam catatan fosil Afrika," ujar Beard.

Profesor Jean-Jacques Jaeger dari University of Poitiers mengatakan temuan fosil antropoid Afrasia djijidae di Myanmar menunjukkan salah satu keturunan dari antropoid awal telah membuat kolonisasi di Afrika sekitar 37-38 juta tahun lalu. Namun keragaman antropoid awal lebih banyak diketahui dari situs Libya yang menghasilkan Afrotarsius libycus.

Penemuan ini menjadi terobosan untuk menguak hubungan antara Afrasia djijidae dan Afrotarsius libycus. “Ini merupakan patokan penting untuk penentuan tanggal kolonisasi Afrika oleh antropoid Asia," ujar Jaeger. ”Afrika adalah tempat asal manusia dan Asia adalah tempat kelahiran nenek moyang kita.”


Tempo.CO

Selasa, 12 Juni 2012 by NabiL Nabiila
Leave a comment

Memotret Rasisme di Ukraina

Peluit tanda bahaya rasisme bertiup mendahului pembukaan Euro 2012 di Polandia-Ukraina. Pada 28 Mei lalu, program Panorama di BBC menyiarkan "Stadium of Hate", yang berisi dokumentasi dan bukti praktek rasisme serta anti-Yahudi di stadion-stadion di dua negara tersebut.

Mantan kapten tim nasional Inggris, Sol Campbell, meminta fan Inggris tidak datang ke Ukraina--tempat Inggris berlaga melawan Prancis, Swedia, dan Ukraina di Grup D--untuk menghindari bahaya. Keluarga Theo Walcott, Alex Oxlade-Chamberlain, dan Joleon Lescott--ketiganya berkulit hitam--mematuhi saran itu. Sebaliknya, Jaksa Agung Ukraina Viktor Pshonka menuding laporan itu subyektif. "Tidak ada ancaman di sini," ujarnya seperti dikutip Kyiv Post.

Kepada Tempo, Rabbi Wolpin, pemimpin komunitas Yahudi Orech Chaim di Jalan Shekavitskaya, Kiev, membenarkan adanya rasisme dan anti-Semit di sana. Menurut dia, kebebasan beragama yang dikumandangkan pemerintah Ukraina--negara yang baru merdeka 21 tahun--belum menyentuh akar rumput.

Tahun lalu, sekelompok begundal berencana mengacaukan tradisi umat Yahudi Ukraina--yang berjumlah sekitar 200 ribu orang--nyekar ke makam pendeta mereka di luar Kiev. Rencana para begundal itu gagal setelah polisi mengawal peziarah. Jemaah kelompok Yahudi itu yang tersebar di tiga sinagoge di Kiev beberapa kali tertimpa tindak kekerasan, meski Wolpin tidak bisa memastikan motifnya. Kecenderungan tindak kekerasan lebih tinggi di bagian timur--yang dekat Rusia--seperti Kharkiv dan Donetsk, dibanding Lviv--yang berbatasan dengan Polandia.

"Tapi tidak separah itu," kata pria yang selalu berjubah dan berpeci hitam serta memelihara janggut dan cambang panjang ini. Wolpin, warga New York yang selalu menghabiskan sepekan saban bulan di Kiev, menganggap terdapat perbedaan standar rasisme antara Eropa Timur--yang baru bebas dari komunisme--dan Eropa Barat--yang berabad-abad menganut liberalisme. "Sehingga mereka menganggap di sini sudah seperti Wild Wild West, padahal biasa saja."

Bagi Muhammad Fachri, "biasa-biasa saja" adalah kunci bertahan di Ukraina. Lajang 26 tahun asal Bogor ini menetap di Kiev sejak dua tahun lalu untuk bekerja sebagai staf di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Jalan Otto Shmidta.

Kupingnya kerap panas mendengar sekelompok pemuda di dekat kantornya yang memanggil "Cina", lalu tertawa. Di mal, penjaga toko sering melempar pandangan sinis, lalu bertanya, "Kamu mau membeli atau cuma lihat-lihat." Sedangkan orang yang sama melayani konsumen kulit putih dengan ramah. Kejadian itu berulang sampai hari ini. "Awalnya marah, tapi ya lama-lama cuekin aja," ujarnya.

Michelle Goldhaber, aktivis anti-diskriminasi di Lviv, mengatakan rasisme memang hidup di Ukraina, tempat di mana pelajar-pelajar kulit hitam dipukuli karena warna kulit mereka dan coretan swastika Nazi terpampang di tembok-tembok di banyak kota. "Tapi selama ini terabaikan, dan, terima kasih untuk Euro, yang membawa masalah ini ke permukaan," ujarnya kepada Kyiv Post.

Goldhaber mengatakan pengunjung dengan kulit berwarna, gay, dan Yahudi mungkin bakal mendapat perlakuan rasisme di Euro, meski dia yakin tidak akan sampai berbentuk kekerasan. Perempuan yang tinggal di Lviv sejak 2005 ini meminta pemerintah Ukraina berhenti menampik tudingan itu dan memberikan pendidikan kesetaraan kepada warganya.

by NabiL Nabiila
Leave a comment

Obat Malaria Palsu Beredar di Asia Tenggara

Para ilmuwan di Asia Tenggara menemukan lebih dari sepertiga obat malaria itu palsu, dan proporsi yang sama dianalisis di Afrika berada di bawah standar, berdasarkan peringatan dokter pada Selasa.


"Penemuan ini merupakan panggilan untuk melakukan serangkaian intervensi untuk membenahi dan menghilangkan produksi yang buruk dan ilegal dari obat antimalaria," kata Joel Breman dari Fogarty International Center di AS National Institutes of Health (NIH).

Melalui survei dan literatur yang diterbitkan, para peneliti menemukan bahwa di tujuh negara Asia Tenggara, 36 persen dari 1.437 sampel, dari lima kategori obat tersebut adalah palsu.

30 persen dari sampel gagal dalam tes bahan farmasi mereka.

Di 21 negara sub-Sahara, 20 persen lebih dari 2.500 sampel yang diuji dalam enam golongan obat ternyata dipalsukan, dan 35 persen berada di bawah aturan farmasi.

Sub-standar obat adalah masalah utama dalam memerangi malaria, penyakit yang menewaskan 655 ribu orang pada 2010, menurut World Health Organisation (WHO).

Kebanyakan obat palsu atau buruk dan diproduksi adalah turunan dari artemisin, kata studi tersebut.

Itu cukup mengkhawatirkan, karena artemisinin adalah pengobatan yang paling sering digunakan untuk malaria, yang menggantikan obat malaria yang parasit telah menjadi kebal terhadapnya.

Studi ini mengatakan ada banyak penyebab masalah, mulai dari obat dengan resep bukan dari dokter sampai kontrol buruk untuk memantau kualitas obat dan pemalsuan.

"Kualitas obat antimalaria yang buruk sangat mungkin membahayakan kemajuan dan investasi dalam kontrol dan eliminasi malaria yang dikerjakan dalam dekade terakhir," kata Breman. (yg/ml)

by NabiL Nabiila
Leave a comment

Ini Penyebab Internet Lelet

Tentu Anda pernah mengalami kelambatan atau bahkan gagal dalam mengakses situs web. Tampilan di mesin peramban pada layar komputer, ponsel cerdas, atau komputer tablet Anda terus-menerus menunjukkan ikon loading yang berputar-putar. Ini tandanya perangkat Anda sedang berusaha memuat konten yang hendak disajikan.
Setelah ditunggu beberapa detik, ikon loading masih terus berputar sampai akhirnya berhenti dan muncul keterangan »time-out”. Artinya, waktu yang dibutuhkan untuk mengakses halaman website sudah melampaui tenggat, sehingga proses loading terpaksa dihentikan.
Jika ini terjadi, kira-kira di mana letak penyebab kelambatan atau kegagalan saat hendak mengunjungi situs tertentu?
Regional Director Compuware untuk wilayah Asia Tenggara, Koh Eng Kiong, mengatakan ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan masalah ini. "Penyakit" itu bisa berasal dari mesin peramban (browser), jaringan Internet, konten atau aplikasi yang hendak dibuka, database, atau server.
»Tidak semua kelambanan dalam mengakses web dipicu dari infrastruktur teknologi informasi,” kata Kiong di Jakarta, Jumat, 8 Juni 2012.
Chief Representative Compuware Indonesia, Dimas Widiaksono, menuturkan beberapa waktu lalu ia pernah gagal mengakses situs salah satu bank swasta di Tanah Air karena salah menggunakan mesin peramban. »Ternyata layanan Internet Banking-nya hanya bisa dijangkau dengan browser Internet Explorer,” ujar dia.
Kelambanan atau kegagalan akses ke situs web, menurut Dimas, juga bisa dipicu lemahnya koneksi jaringan dari penyedia layanan Internet (Internet Service Provider/ISP) atau beratnya bobot aplikasi yang akan dibuka.
Berapa lama "penyakit" di jaringan ini bisa dideteksi? Kiong menjawab, »Bisa sampai 4 sampai 7 hari tergantung pada rumit-tidaknya sistem teknologi informasi yang diterapkan.”
Untuk memangkas waktu dan deteksi masalah lebih tepat, Kiong menawarkan solusi Compuware Application Performance Management (APM). »Platform mampu mendeteksi di titik mana penyebab kelambanan atau kegagalan akses terjadi dalam hitungan jam,” ujarnya.
Dimas menuturkan biasanya diagnosis atas suatu masalah dalam sistem teknologi informasi dimulai dari data center kemudian barulah masuk ke penyedia jaringan Internet. »Kami membalik cara kerja ini,” katanya.
Compuware APM bekerja dari sudut pandang end user atau konsumen. Maksudnya, kata Dimas, platform dapat menelisik "kesulitan" apa yang dialami konsumen kemudian mengidentifikasi masalahnya sampai ke pusat data.
Di Compuware APM, terdapat dua metode deteksi, yakni Gomez dan DynaTrace. Gomez adalah solusi yang diterapkan di dalam cloud dan biasanya dipakai untuk mengetahui waktu respons layanan website.
Sementara DynaTrace merupakan software on premis atau ditanamkan di data center. Peranti lunak ini, menurut Kiong, mampu mendeteksi sampai ke konten apa yang dibuka konsumen dan apakah mereka mengalami kesulitan dalam mengaksesnya.
»Jika ada masalah, software akan mengirimkan alert (peringatan) kepada teknisi dan memberi tahu di mana penyebabnya sampai ke tingkat script programming atau koding,” ujar Kiong.
Beberapa perusahaan di Tanah Air yang telah menggunakan solusi Compuware misalnya Bank Internasional Indonesia, Adira, dan Telkomsel. Adapun perusahaan multinasional yang juga memanfaatkan solusi serupa adalah Yahoo!, Facebook, Google, LinkedIn, dan lainnya.

by NabiL Nabiila
Leave a comment

Berawal dari Bercak Putih Di Mulut

TEMPO.CO, Jakarta - Para peserta deklarasi anti-merokok di gedung Stovia Jakarta terhenyak. Di layar proyektor di depan mereka tersaji gambar lidah yang sangat tidak biasa. Alat pencecap itu berwarna ungu dan terjulur dengan ruam besar berwarna putih di pinggir dan bagian tengahnya. Itulah gambaran kanker mulut yang disodorkan dokter gigi Zaura Rini Anggraeni, Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia, saat mendeklarasikan Koalisi Profesi Kesehatan Anti-Rokok di gedung Stovia pada Kamis lalu. "Kanker mulut 75 persen berhubungan dengan rokok. Kalangan perokok, risiko terkena kanker mulut dapat meningkat 15 kali lipat," ujar Zaura Rini seusai deklarasi.

Kanker mulut, yakni kanker yang tumbuh di sekitar mulut--bisa di dasar mulut, rongga mulut, maupun lidah--merupakan 2-3 persen dari keseluruhan kasus kanker di dunia. Kanker jenis ini terjadi akibat berkembangnya sel epitel skuamosa yang melapisi jaringan lunak mulut atau selaput lendir mulut secara ganas. Kasus kanker mulut sebagian besar terjadi pada penduduk usia pertengahan dan lanjut usia. Kaum pria lebih rentan terkena kanker ini dibanding perempuan.

Gejala awal kanker mulut bisa berupa lesi atau bercak putih (plak) di mulut, yang dikenal sebagai leuklopakia oral. Selain itu, gejalanya juga bisa berupa sariawan yang tak kunjung sembuh, nyeri pada bibir atau mulut, atau perdarahan di mulut. Memang, sejumlah infeksi juga bisa menimbulkan gejala seperti itu. Walhasil, untuk memastikan, orang yang memiliki gejala serupa itu harus memeriksakan diri ke dokter.

Kanker mulut hanya salah satu dampak negatif dari kebiasaan merokok. Menurut Gus Permana Subita dan Ananda Irmagita, keduanya dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, masih ada bejibun dampak lain dari kebiasaan buruk tersebut, antara lain napas tidak segar, gangguan indra pencecap, lidah berambut, dan infeksi jamur di rongga mulut. Kupasan mereka menjadi salah satu bahasan dalam buku Substitusi Tanaman Tembakau dalam Pengendalian Bahaya Merokok yang dibagikan kepada para peserta deklarasi antirokok pada Kamis itu.

Menurut Gus dan Ananda, banyaknya zat karsinogenik (racun) yang ada dalam asap tembakau dapat merangsang perubahan pada material gen yang ada dalam sel manusia. Mutasi atau perubahan gen pada perokok terjadi pada sel protein p53, yaitu gen yang bertugas menekan tumor. Padahal, protein p53 ini sangat penting dalam mengatur pembentukan proliferasi sel dan memperbaiki kerusakan DNA (asam dioksiribonukleat). Protein p53 dalam sel tertentu yang bermutasi dapat menyebabkan kerusakan DNA pada sel tersebut. Kerusakan inilah yang kemudian menjadi asal-muasal terbentuknya kanker.

Risiko terkena kanker mulut akan bertambah jika perokok tersebut juga mengkonsumsi alkohol secara berlebihan. Diperkirakan, 75-90 persen kasus kanker mulut akibat dari kombinasi merokok dan mengkonsumsi alkohol. Hal itu terjadi, menurut Gus dan Ananda, "boleh jadi karena alkohol melarutkan zat karsinogenik tertentu yang ada dalam asap tembakau."

Selain kanker mulut, perokok rentan terhadap kerusakan gigi. Secara estetika, merokok dapat merusak keindahan gigi. Kebiasaan merokok dapat mengubah warna gigi, mengubah tambalan gigi, serta cepat merusak gigi tiruan. "Makanya, tidak aneh bila banyak yang bilang, ''orang yang merokok giginya lebih kuning dibanding yang merokok''," ujar dokter Hakim Sorimuda Pohan, moderator dalam acara deklarasi KPK Anti-Rokok.

Senin, 04 Juni 2012 by NabiL Nabiila
Leave a comment