Slide

100 Ilmuan Yang Mengubah Dunia

Sains yang memberi kontribusi besar bagi kehidupan manusia zaman sekarang bukanlah ilmu pengetahuan yang langsung ada seperti saat ini. Sains tumbuh bersama perkembangan kebudayaan manusia. Sains berkembang berkat kerja keras para raksasa yang terus mengajukan pertanyaan dan sekaligus mencari jawabannya, sejak zaman purba hingga sekarang.
Lewat karyanya, Quantum Leaps: 100 Ilmuwan Besar Paling Berpengaruh di Dunia (Ufuk, Maret 2012), Jon Balchin tampaknya ingin menunjukkan bahwa masyarakat masa kini berutang budi kepada mereka yang menempuh jalan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Balchin memulai dengan gagasan pokok Anaximander, filsuf Yunani yang hidup sekitar 611-547 Sebelum Masehi, dan menutup buku ini dengan sumbangan penting Tim Berners-Lee, orang yang menemukan world wide web. Walaupun tebalnya mencapai 500 halaman, tapi karena Balchin ingin memasukkan 100 nama ilmuwan, maka teks yang kita baca terlampau pendek untuk mengungkapkan besarnya kontribusi mereka. Untuk setiap nama, Balchin menguraikan secara ringkas gagasan-gagasan pokok masing-masing ilmuwan, apa pencapaian mereka, apa warisan mereka bagi manusia, dan sedikit tonggak hidup mereka yang terpenting.
Karena ringkasnya, maka saya hanya memperoleh pemahaman serba sekilas mengenai kontribusi Galileo Galilei, James Watt, ataupun Edwin Hubble. Balchin agaknya memang tidak bermaksud menguraikan dalam teks yang panjang. Pembaca yang ingin memahami sumbangan Galileo lebih jauh, ia harus mencari rujukan lain. Misalnya, karya Dava Sobel yang sangat menawan, Galileo’s Daughter, yang mengisahkan bukan hanya pencarian keilmuan Galileo tapi juga kehidupan pribadinya di tengah intrik kekuasaan.
Upaya Balchin untuk mendudukkan posisi 100 ilmuwan ini patut dihargai. Sayangnya, ia melewatkan periode-periode penting dalam sejarah manusia di saat kontribusi ilmu pengetahuan begitu besar. Setelah menulis sumbangan ilmuwan pada masa purbakala, Balchin meringkus periode seribu tahun dengan memilih hanya empat ilmuwan. Angka ini teramat sedikit untuk periode yang demikian panjang dan terlalu sedikit bila dibandingkan jumlah ilmuwan yang ia pilih untuk mewakili kemajuan ilmu pengetahuan abad kesembilan belas dan abad kedua puluh.
Sepanjang millennium pertama itu, hanya empat orang yang ditampilkan. Setelah Zhang Heng, ilmuwan China yang lahir pada tahun 78 Masehi, lalu Ptolemy (90-168 Masehi), Galen dari Pergamum (130-201 Masehi), dan Al-Khwarizmi (800-850 Masehi). Balchin mengabaikan temuan-temuan penting Al-Razi dalam ilmu kimia, sumbangan mendasar al-Haytham (965–1040), yang di dunia Barat disebut sebagai Alhazen, dalam ilmu optika dan matematika, ataupun kontribusi Ibn Sina (Avicenna) dalam ilmu kedokteran yang mewarnai perkembangan ilmu kedokteran di dunia Barat selama beberapa abad. Balchin juga tidak memberi tempat pada nama-nama lain, seperti al-Biruni, yang pemikirannya mengenai metoda ilmu pengetahuan mendahului Francis Bacon dan Rene Descartes.
Membaca Quantum Leaps, saya merasa kehilangan tautan antara millennium pertama ke abad kelima belas. Dari Al-Khwarizmi di abad ke-9, Balchin langsung menuju masa ketika Eropa Barat tengah berusaha bangkit dari tidurnya dengan menampilkan Johannes Gutenberg, Leonardo da Vinci, dan Nicolas Copernicus. Balchin melompati periode penting ketika Barat tengah dalam kegelapan dan dunia Timur, terutama Islam (umpamanya Nasir al-Din al-Tusi), India (misalnya Madhava), dan China (antara lain Ch’in Chiu-shao), justru tengah benderang. Balchin tidak menjelaskan mengapa ada begitu panjang periode yang ia lompati–apakah ini yang ia maksudkan dengan ‘lompatan kuantum’ pada judul bukunya?.

Sumber : TEMPO.interaktif

Senin, 04 Juni 2012 by NabiL Nabiila
Leave a comment

Leave a Reply