enek moyang monyet, kera,
dan manusia kemungkinan berasal dari Asia, bukan dari Afrika seperti
yang selama ini diyakini oleh sejumlah ilmuwan. Teori baru ini didukung
oleh fosil yang baru ditemukan di Asia Tenggara.
Asal-usul
antropoid, kelompok simian atau "primata tingkat tinggi," yang
beranggotakan monyet, kera, dan manusia selama ini masih menjadi
perdebatan di kalangan ilmuwan. Meski fosil yang digali di Mesir
menunjukkan bahwa Afrika adalah tanah kelahiran antropoid, tulang
elulang lain yang ditemukan dalam 15 tahun terakhir menguak kemungkinan
bahwa Asia adalah tempat kelahiran mereka.
Teori ini menggeser
teori sebelumnya yang menyatakan nenek moyang manusia berasal dari
Afrika. Teori baru ini diungkapkan oleh tim ahli palaeontologi, setelah
mereka menemukan fosil gigi Afrasia djijidae di Myanmar.
Bentuk fosil gigi antropoid ini mirip fosil Afrotarsius libycus,
yang ditemukan di Libya, sehingga menjadi penghubung rantai evolusi
yang hilang antara Afrika dan Asia. Bentuk gigi kedua spesies ini
menunjukkan bahwa mereka adalah pemakan serangga.
Kemiripan antara Afrasia dan Afrotarsius melahirkan gagasan bahwa antropoid bermigrasi dari Asia dan membuat kolonisasi di Afrika.
"Afrasia
tidak hanya membantu menutup kasus tentang evolusi pertama antropoid di
Asia, tapi juga mengatakan kepada kita bahwa nenek moyang pertama
manusia justru berjalan ke Afrika," kata Chris Beard, paleontolog, di
Carnegie Museum of Natural History, Amerika Serikat.
Namun
jangan dibayangkan bentuk leluhur manusia ini seperti hominid pada
umumnya. Karena memang tidak demikian. Berdasarkan ukuran fosil gigi
yang ditemukan, kedua spesies leluhur manusia itu diperkirakan berukuran
3,5 ons, kira-kira bentuknya seperti tarsius modern.
Tim
peneliti menemukan empat fosil gigi yang sama setelah enam tahun
melakukan penggalian dan pemilahan berton-ton sedimen di daerah dekat
Nyaungpinle di pusat Myanmar. Temuan tim yang melibatkan ilmuwan dari
University of Poitiers, Prancis, ini sempat membelah pakar paleontologi
di seluruh dunia, khususnya kapan dan bagaimana antropoid Asia awal
membuat jalan dari Asia ke Afrika.
Maklum saja, karena perjalanan
ke Afrika pada saat itu tidaklah mudah. Sebab, ada sebuah laut yang
lebih luas dibanding Laut Mediterania modern—disebut Laut
Tethys—memisahkan Asia dan Afrika. Sementara penemuan fosil Afrasia
tidak banyak membantu mereka memecahkan misteri rute awal antropoid
menuju benua Hitam. "Hal ini menunjukkan kolonisasi terjadi relatif
baru, hanya sesaat sebelum fosil manusia purba pertama ditemukan dalam
catatan fosil Afrika," ujar Beard.
Profesor Jean-Jacques Jaeger dari University of Poitiers mengatakan temuan fosil antropoid Afrasia djijidae
di Myanmar menunjukkan salah satu keturunan dari antropoid awal telah
membuat kolonisasi di Afrika sekitar 37-38 juta tahun lalu. Namun
keragaman antropoid awal lebih banyak diketahui dari situs Libya yang
menghasilkan Afrotarsius libycus.
Penemuan ini menjadi terobosan untuk menguak hubungan antara Afrasia djijidae dan Afrotarsius libycus.
“Ini merupakan patokan penting untuk penentuan tanggal kolonisasi
Afrika oleh antropoid Asia," ujar Jaeger. ”Afrika adalah tempat asal
manusia dan Asia adalah tempat kelahiran nenek moyang kita.”
Tempo.CO
Slide
Nenek Moyang Manusia Datang dari Asia

Selasa, 12 Juni 2012
by NabiL Nabiila
Leave a comment