Para ilmuwan di Asia Tenggara menemukan lebih dari
sepertiga obat malaria itu palsu, dan proporsi yang sama dianalisis di
Afrika berada di bawah standar, berdasarkan peringatan dokter pada
Selasa.
"Penemuan ini merupakan panggilan untuk melakukan serangkaian
intervensi untuk membenahi dan menghilangkan produksi yang buruk dan
ilegal dari obat antimalaria," kata Joel Breman dari Fogarty
International Center di AS National Institutes of Health (NIH).
Melalui survei dan literatur yang diterbitkan, para peneliti
menemukan bahwa di tujuh negara Asia Tenggara, 36 persen dari 1.437
sampel, dari lima kategori obat tersebut adalah palsu.
30 persen dari sampel gagal dalam tes bahan farmasi mereka.
Di 21 negara sub-Sahara, 20 persen lebih dari 2.500 sampel yang diuji
dalam enam golongan obat ternyata dipalsukan, dan 35 persen berada di
bawah aturan farmasi.
Sub-standar obat adalah masalah utama dalam memerangi malaria,
penyakit yang menewaskan 655 ribu orang pada 2010, menurut World Health
Organisation (WHO).
Kebanyakan obat palsu atau buruk dan diproduksi adalah turunan dari artemisin, kata studi tersebut.
Itu cukup mengkhawatirkan, karena artemisinin adalah pengobatan yang
paling sering digunakan untuk malaria, yang menggantikan obat malaria
yang parasit telah menjadi kebal terhadapnya.
Studi ini mengatakan ada banyak penyebab masalah, mulai dari obat
dengan resep bukan dari dokter sampai kontrol buruk untuk memantau
kualitas obat dan pemalsuan.
"Kualitas obat antimalaria yang buruk sangat mungkin membahayakan
kemajuan dan investasi dalam kontrol dan eliminasi malaria yang
dikerjakan dalam dekade terakhir," kata Breman. (yg/ml)
Slide
Obat Malaria Palsu Beredar di Asia Tenggara

Selasa, 12 Juni 2012
by NabiL Nabiila
Leave a comment